Menurut penelitian jumlah konsumsi baja suatu bangsa dapat dijadikan
indikator tingkat kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Negara-negara maju
umumnya mengonsumsi 700 kilogram baja per jiwa per tahun. Masyarakat
Indonesia baru mengonsumsi 20 kilogram per jiwa. Ini berarti baja masih
belum dirasakan keberadaannya oleh masyarakat Indonesia.
Baja
dengan nilai ekonomi tinggi dan berfungsi vital masih belum mendapat
perhatian dengan baik oleh pemerintah. Maka, daya dukung baja terhadap
kinerja dan performan proses produksi sangat lemah. Dampaknya,
produk-produk Indonesia belum bisa berkompetisi dengan produk dari
negara lain baik dalam jumlah produksi, kualitas, dan ketepatan waktu
penyebarannya.
Indonesia yang dikenal kaya sumber daya alam harus
mengimpor 100 persen bahan baku baja (pellet) dan 60-70 persen scrap
baja untuk keperluan industri bajanya. Ini masih ditambah teknologi
pengolahan baja yang tidak efisien karena menggunakan sumber energi gas
yang semakin meningkat harganya serta teknologi yang masih tergantung
kepada negara pemberi lisensinya.
Dari hasil survei, diketahui
bahwa cadangan bijih besi di Indonesia berjumlah cukup besar dan
tersebar di beberapa pulau, seperti Jawa, Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi, dan Irian Jaya dengan total melebihi 1.300 juta ton, meskipun
dengan kadar kandungan besi yang masih rendah antara 35-58 persen Fe.
Sementara itu, bahan pendukung, seperti batu bara dan kapur, juga
melimpah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Cadangan ini dapat memenuhi
konsumsi besi baja dalam negeri sekitar 2,5 ton per jiwa. Berarti
Indonesia punya modal menjadi masyarakat berbasis industri.
Permasalahannya
hanyalah bagaimana menciptakan teknologi peleburan bijih besi yang
sedikit lebih rendah kadar besinya. Pemerintah harus segera membentuk
tim khusus pengembangan teknologinya. Kalau Jepang yang di masa Perang
Dunia II tak punya bijih besi kini mampu berkembang, Indonesia tentu
bisa lebih baik.
Dewasa ini, pengembangan teknologi manufaktur besi
baja sudah sangat berkembang di beberapa negara maju, tinggal bagaimana
mentransfer atau "mencuri" teknologi tersebut dan diterapkan di
Indonesia.
Jumat, 03 April 2015
PERKEMBANGAN BAJA
Related Posts:
PERKEMBANGAN BAJA Menurut penelitian jumlah konsumsi baja suatu bangsa dapat dijadikan indikator tingkat kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Negara-negara maju umumn… Read More
0 komentar:
Posting Komentar